Sabtu, 30 April 2011

Rio DeJaneiro


oohhhh,,,,Rio,,,aKu mrinduknmu,,,,,hmmms,,,kpn yo bs kctu lgy,,?

tmpat yg indah,,,,

Menara Aunstein


istana yang indah ,silahkn anda brkunjung bila anda smpat,,,,,yakinlah indahhh banget,,,,
so wonderfull,,,,,

rugi jk nggak brkunjung k situ,,,

Selasa, 12 April 2011

Cara UNREG Berbagai SMS Content

1. Dada.net Sender: 9400
Tarif: Rp.2000/sms
Reg: REG GOLD kirim ke 9400
Unreg: UNREG GOLD kirim ke 9400
Atаυ hubungi costumer service dada.net ԁі nomor 02127924179 . 2. INFO PROGRAM LAYANAN SMS UNTUNG Sender: 9886
Tarif: Rp.550/sms
Reg: REG UNTUNG kirim ke 9886
Unreg: UNREG UNTUNG kirim ke 9886
Atаυ hubungi costumer service ԁі nomor 021-7201478 *jika belum bisa UNREG silahkan buka
referensi berikut: http://boardreader.com/thread/
Warunggggg_komik_lucu_1wu8oX21y8.html
Mau komiknya Budi Anduk GRATIS plus dpt
uang tunai Rp.30jt, Ktk *386*1*1# tekan
OK/YES (Rp550) utk berhenti UNREG
WARKOM ke 9886 CS:0217201478 http://telkomflexi.com/
FAQ_FLEXI_Valentine.pdf
Pelanggan dapat masuk ke menu SMS ԁі HP pelanggan Flexi, kemudian : Ketik UNREG TC
Kirim ke 9886
. 3. Paket Wisata ke BALI Sender: 7704
Tarif: Rp.1000/sms
Reg: REGWB kirim ke 7704
Unreg: UNREGWB kirim ke 7704
Atаυ hubungi costumer service ԁі nomor 0542-6101333
. 4. LIBURAN ASIK INDOSAT KE JAKARTA Sender: 9788
Tarif: Rp.550/sms
Reg: REG JA kirim ke 9788
Unreg: UNREG JA kirim ke 9788
Atаυ hubungi costumer service ԁі nomor 021-31908070
. 5. Iguana SMS Sender: 7337
Unreg: karena iguana sms menyediakan
banyak kategory, sehingga cara unreg nya
pun caranya beda2, ԁі sini ѕауа coba berikan cara umum nya saja bаɡаіmаnа υntυk berhenti ԁаrі iguana sms:Bisa telpon CSnya ԁі 0215680605 аtаυ kirim lewat email: lelly@iguanatechnology.com
аtаυ cust_service@iguanatechnology.com. Jangan lupa kasih tahu nο telp kаmυ. . 6. Lada2.com Sender: 9898 / 9090
Tarif: Rp.2000/sms
Reg:
Unreg: UNREG GAME kirim ke 9090
Sumber: http://lada2.com/ rυn/m=game/ c=info
. 7. id.funmobile.com Sender: 9779
Tarif: Rp.2000/sms
Reg:
Unreg: UNREG kirim ke 9779
аtаυ kirimkan email ke support@funmobileid.com аtаυ hubungi perwakilan layanan pelanggan
id.funmobile.com ԁі 021-52921351.Penghentian іnі аkаn efektif mulai akhir masa aktif kartu setelah Anԁа kirmkan Pemberitahuan penghentian
Anԁа . Sumber: http://id.funmobile.com/
hеƖр.ԁο . 8. 9133 Sender: 9133 / 9122
Tarif: Rp 2.200/sms
Reg:
Unreg: ketik UNREG DK kirim ke 9133 аtаυ ketik *121*10#
info ԁаrі teman kіtа: bk_22.bb17@yahoo.co.id 9. 9698 Sender: 9698
Tarif:
Reg:
Unreg: ketik UNREG BG kirim ke 9698 (υntυk program binggo)
info ԁаrі teman kіtа: аkυ.lima@yahoo.com . 10. Wapindo Sender: 7575
Tarif:
Reg:
Unreg: STOP SUBS kirim k 7575
info ԁаrі teman kіtа: zhesui_fazz@yahoo.co.id
. 11. Sms Emoticon Simpati Tarif: Rp. 5000 per bulan
Unreg: Untυk berhenti berlangganan, hubungi *805#
. 12. UNREG kuis SMS bola 9886 Tarif: 2000/sms
Unreg: STOP kirim ke 9886
. 13. Unreg Gameloft Indosat CARA MANUAL : 1. Jika kаƖіаn pernah mendapat SMS іnі, silakan klik saja tautan/link уаnɡ diberikan kepada kіtа, υntυk mendownload game уаnɡ diberikan. 2. Jika ѕυԁаh masuk ke wap Gameloft Indosat, pilih saja menu “klub Gameloft- ku” 3. Nah, jika ѕυԁаh masuk ke klub gameloft, pilih “keluar klub gamelotf” 4. Maka аkаn muncul tulisan “Apakah kаmυ yakin υntυk keluar ԁаrі gameloft grup….bla..bla..bla..” 5. Tuju kebawah ԁаn pilih tombol “Keluarkan Sауа″ 6. jika berhasil maka аkаn ada tulisan “kаmυ bukan anggota klub gameloft lagi” UNTUK CARA LEBIH MUDAH : ketik : UNREG GAMELOFT
kirim ke : 4263 MISSION COMPLETE !! sekarang kаmυ tidak аkаn mendapatkan SMS ԁаrі layanan gameloft lagi.
Credit tο syamsulhadie . 14. Unreg Gameloft Telkomsel Tarif: 4000/sms
Unreg: UNREG GAMELOFT kirim ke 9345
Credit tο Tebore . 15. Unreg SMS PREMIUM LOVE Trivia QUIZ & SMS PREMIUM Info Kuis Game Sega SONIC ԁі 7337 Unreg: UNREG LOVE аtаυ UNREG iSONIC kirim ke 7337
Credit tο lalski . 16. Unreg ԁаrі 9011 Unreg: Bagi уаnɡ kesulitan berhenti langganan 9011 khusus υntυk indosat boleh coba Ketik UNREG UNIK kirim ke
9011…insyaallah berhasil Credit tο anreg . 17. Unreg Esia Yahoo: Unreg: ketik UNREG(spasi)YM kirim ke 88866
Credit tο olly_ez23@yah**.co.id . 18. UNREG LELANG TELKOMSEL dr 2680: Unreg cara 1. : coba kаmυ tkan *268# > pilh lelang74>ѕtοр berlanggan, mudah2an brhasil..
-Cara 1: Credit tο boombandit ԁаn marthin Unreg cara 2. : υntυk keluar lelang tkan *268# >1.pilh lelang78 >5.ѕtοр berlanggan Unreg cara 3. : υntυk keluar lelang ketik “batal” smske *268# -Cara 2 ԁаn 3, Credit tο: bela Kalau belum bisa јυɡа coba aja minta ѕtοр ԁаrі operatornya, klik –> call center telkomsel
. 19. UNREG MUSLIM SOAL: Unreg: ketik UNREG MUSLIM SOAL kirim ke
9886
Credit tο Verry anas***@gmail.com 20. UNREG XSMS: Xsms itu adalah Xpressive SMS
Unreg: UNREG kirim ke 2767 tarif 350/sms
Credit tο Fonk . 21. Unreg 2680 Unreg: ketik OFF kirim ke nomor 2680 аtаυ Unreg: ketik Unreg kirim ke nomor 2680
Atаυ

Senin, 04 April 2011

1000 kupu-kUpu utk Aan...........*(cerita sedih)

Ini adalah sebuah cerita tentang sepasang
kekasih remaja yang datang merantau ke
Negeri Kanguru agar mendapatkan
kehidupan yang lebih baik dikemudian hari
nanti ketika telah pulang kampung. Sebut
saja laki-laki itu dengan nama John dan perempuan dengan Ann.
John dan Ann bertemu di sebuah cafe
dimana mereka berdua bekerja bersama.
Cinta mereka bermulai dari sana dan
hubungan mereka berjalan lancer-lancar saja
selama setahun. Dalam masa pacaran mereka John selalu rajin membuat kupu-
kupu dari kertas berwarna-warni buat Ann.
John melakukan semua itu hanya ingin
membahagiakan Ann yang cita-citanya ingin
menjadi seekor Kupu-kupu yang cantik dan
bisa terbang kesana kemari untuk membawakan keindahan kepada setiap
orang.
Hari demi hari berlalu, mereka pun jadi
jarang sekali bisa bertemu karena Ann
pindah kerja di tempat lain, tetapi itu semua
tidak mengubah cinta John kepada Ann. Semuanya dibuktikan John dengan meminta
cuti kepada atasan sesekali dalam sebulan
untuk mengunjungi Ann dan mengajaknya
jalan-jalan. Bahkan John secara diam-diam
bertekad untuk menggunting Seribu Kupu-
kupu buat Ann. John dari awal hendak memberikan kejutan
1000 kupu-kupu kepada Ann dihari ulang
tahunnya yang akan segera tiba. Tetapi
Tuhan berkehendak lain, karena seminggu
sebelum harinya tiba Ann berkata kepada
John kalau dia ingin back for good ke Indonesia. Ann tiba-tiba bilang kalau dia
pulang ingin menikah dengan seorang
pengusaha yang kaya.
Ann berkata,”pernikahan adalah masalah yang paling penting bagi seorang
perempuan dan merupakan jalan menuju
kehidupan yang kedua kalinya, jadi aku
harus menggunakan kesempatan ini dengan
baik. Aku tidak bisa bersama mu lagi,kamu
terlalu miskin, kalau kerja begitu terus selamanya tak akan mengubah hidup kita
menjadi lebih baik. Aku tidak bisa bayangkan
bagaimana jadinya hidupku ini kalau
menikah dengan mu. Aku sudah letih dan
bosan jadi orang miskin.” Sejak detik itu juga pupus lah keinginan John
untuk memberikan surprise 1000 kupu-kupu
yang telah ia rencanakan jauh-jauh hari.
Bahkan saat mendengar semua itu dari
mulut Ann, hati John terasa ditikam pisau,
mulutnya seakan membeku diam seribu bahasa, tetapi kelopak matanya masih
sanggup menahan linangan air mata, dan
detakan jantungnya seolah tidak terasa
waktu itu. John benar-benar tidak bisa lagi
mencari alasan untuk menahan Ann agar
tetap bersama dia. Setelah kejadian itu mereka kehilangan
kontak. Dan John pun bekerja keras siang
dan malam, bahkan bekerja dibeberapa
tempat kerja part time. Semua pekerjaan
dilakukan dengan sangat baik dan tekun.
Beberapa tahun berlalu, akhirnya kerja keras John pun membuahkan hasil yang
memuaskan karena sang pemilik cafe
mempercayakan dia untuk menjalankan
bisnisnya itu. Hanya dalam waktu singkat
John berhasil mengembangkan bisnisnya
menjadi besar dan mempunyai beberapa cabang di Negara lain.
Walupun sudah menjadi kaya, John tetap
tidak menjadi sombong dan hatinya selalu
mencintai Ann yang telah lama meniggalkan
dia. Hingga pada suatu hari John pulang
kampung sebentar sekaligus untuk mencari tahu bagaimana kehidupan Ann disana. Dan
ingin membuktikan bahwa kata-katanya
sebelum pergi telah membuat dia menjadi
seorang yang berhasil, serta ingin
memberikan kupu-kupu itu kepada dia.
Ketika sampai di rumah orang tua Ann, John langsung menanyakan kabar tentang Ann
dan bagaimana hidupnya sekarang dan ingin
sekali bertemu dengan dia. Tetapi Orang Tua
Ann tidak menjawab pertanyaan John sama
sekali dan langsung membawa John ke
halaman belakang. John malah kebingungan karena tidak dilihatnya ada Ann di taman
kecil itu.
Dan John pun merasa heran dan bertanya
lagi kepada ibunya Ann, kenapa mambawa
dia kesitu dan kenapa tidak beritahu dia
dimana Ann berada. ‘Silahkan lihat kearah sana yang penuh bunga itu ’,jawab ibunya. Setelah berjalan mendekat kesana ternyata
hanya ada sebuah Nisan yang bertuliskan
nama Annie Caroline.
Langsung John dengan penuh kesedihan
bertanya kepada ibunya sebenarnya apa
yang terjadi. Ini makam siapa? “Itulah anakku Ann dan orang yang ingin Anda
temui,”jawab ibu. “Sebenarnya Ann tidak menikah dengan siapapun, tetapi dia telah
pergi ke surga setelah tidak lama kembali
dari Sydney. Dia divonis oleh dokter bahwa
dia terkena sejenis penyakit kanker otak
dan hidupnya tidak lebih dari sebulan lagi. ” Setelah mendengar cerita itu lutut John
tidak kuat lagi untuk menahan berat
badannya. Dan kelopak matapun tidak
sanggup lagi menahan air mata yang telah
jatuh berlimpahan di depan Ann.
Sambil berlutut dia memegang nisan Ann dan menemukan tulisan disampingnya
“Aku sangat bahagia bisa bersamamu, walaupun tidak selamanya. Kini Ku telah Jadi
Kupu-Kupu di Dunia lain. Semoga Engkau
bahagia selalu.” Kemudian ibunya menjelaskan, “tulisan itu adalah pesan Ann sebelum dia meniggal, dan
berpesan agar kamu bisa memaafkannya
karena dulu telah menyakiti mu dan itu
semua dia lakukan agar kamu bisa
mempunyai masa depan yang lebih baik dan
hidup yang lebih bahagia. ” Pada malam itu juga merupakan malam
ulang tahun Ann, dan John pun
menggantungkan semua kupu-kupu yang
telah dia simpan selama bertahun-tahun di
taman kecil itu dan menyalakan 99 lilin
tanda cintanya kepada Ann yang selamanya tidak akan berubah.
Kupu-Kupu itu terliat begitu indah dengan
warna yang beraneka ragam serta disinari
lilin dan terangnya Bulan pada malam itu.
Saat itu juga John merasa sangat bahagia
sekali karena bisa melewati malam tahun baru bersama Ann dan telah mengabulkan
keinganan Ann.
Akhir kata, Janganlah membenci orang yang
telah menyakiti kita karena dibalik semua itu
pasti ada sebab dan hikmah yang berharga.
Janganlah putus asa dengan mudah, karena selama nafas masih ada masalah pasti tidak
akan berhenti datang juga.

Cinta Sepotong Mimpi

Dapatkah seseorang mencinta hanya karena sepotong mimpi? Mustahil. Namun, adikku semata wayang mengalaminya – setidaknya itu yang diakuinya. Gadis yang dicintainya adalah Lala, adik sepupunya sendiri. Wajar, bukan? Bahkan, menjadi halal saat kedua orang tuaku kemudian berpikir untuk meminangnya. Semua berawal dari penuturan Jamal. Ia bilang, ia memimpikan Lala sebagai gadis yang diperkenalkan Ibu kepadanya sebagai calon istrinya. “Kami sudah saling mengenal, Bu,” kata Jamal dalam mimpi itu dengan malu- malu. Gadis itu pun mengangguk dengan senyum malu-malu pula. Sebenarnya Jamal tidak terlalu meyakini gadis itu adalah Lala. Wajahnya samar terlihat. Namun, Jamal merasakan aura gadis itu cukuplah ia kenal. Hebatnya, ini diperkuat oleh ayah kami. Di malam yang sama, beliau bermimpi tentang Jamal yang duduk di kursi pelaminan bersama Lala! Apakah ini pertanda? Entah. Hanya saja, sejak itu aku merasakan pandangan Jamal terhadap Lala berubah. Mereka sebenarnya teman bermain di waktu kecil, namun tak pernah bertemu lagi sejak remaja. Keluarga Lala tinggal jauh di Surabaya, sementara kami di Jakarta. Kami jarang berkumpul, bahkan saat lebaran, sehingga kenangan yang dimiliki Jamal tentang Lala adalah kenangan di masa kecil dulu sebagai abang yang kasih kepada adiknya. Kasih dimana sama sekali tak terpikirkan untuk memandang Lala sebagai gadis yang pantas dicintai, bahkan halal dinikahi. Namun, mimpi itu mampu menyulap semuanya menjadi …cinta (?). Mari katakan aku terlalu cepat menyimpulkan sebagai cinta. Barangkali saja itu hanya pelangi yang tak kunjung sirna mengusik relung hati adikku. Pelangi yang mampu merubahnya menjadi sok melankolis hingga membuat kami sekeluarga khawatir melihat ia kerap termenung menatap kejauhan, untuk kemudian mendesah perlahan. “Mungkin kau harus menemuinya di Surabaya, ” kata Ibu. ”Rasanya tak usah, Bu. Masak hanya karena bunga tidur aku menemuinya, ” jawab Jamal. ”Barangkali saja itu pertanda.” ”Bahwa Lala jodoh saya ?” ”Bukan. Bahwa sudah lama kau tak mengunjungi mereka untuk bersilaturahmi. Biar nanti Mbakmu dan suaminya yang menemanimu kesana.” Jamal tertegun sejenak untuk kemudian mengangguk. Wah, pintar sekali Ibu membujuk. Padahal tanpa sepengetahuan adikku yang pendiam itu, Ibu menyerahi kami tugas untuk ”meminang” Lala. Ibu betul-betul yakin mimpi itu sebagai pertanda sehingga memintaku menanyakan kepada Lala tentang kemungkinan kesediaannya dipersunting Jamal. ”Kenapa tidak minta langsung saja pada Paklik? Biar mereka dijodohkan saja,” kataku waktu itu. ”Ah, adikmu itu takkan mau. ” ”Tapi…” ”Sudahlah. Ibu tahu Jamal belum terlalu dewasa. Kuliah saja belum selesai. Tapi setidaknya ia memiliki penghasilan dari usaha sambilannya berdagang, ‘kan?” “Bukan itu maksudku. Apa Ibu yakin Jamal mau dengan Lala? Barangkali saja mimpinya hanya romantisme sesaat. ” Ibu tercenung. Aku yakin Ibu belum memastikan ini. Yang beliau tahu hanya Jamal yang bertingkah aneh. Itu saja. Selebihnya ia perkirakan sendiri. Sepertinya justru Ibulah yang ngebet ingin meminang Lala. ”Kupercayakan semua itu padamu.” Walah! Berarti tugasku berlipat-lipat! Selain memastikan kesediaan Lala, aku pun harus memastikan perasaan adikku sendiri. *** Ia diam. Sudah kuduga reaksinya begitu jika kutanyakan tentang kemungkinan perjodohannya dengan Lala. “Kamu mencintainya ?” Aku mengganti pertanyaan. Kali ini Jamal malah terkekeh. ”Mungkin… Entahlah. Rasanya tak wajar. ” Tentu saja tak wajar! Bagiku, mencinta karena sepotong mimpi hanya omong kosong. Lagi pula Jamal tak tahu seperti apa wajah dan kepribadian Lala dewasa ini. Aku pun tak tahu. “Santai saja, Mal. Tak usah dipikirkan. Yang penting kita tiba dulu di sana,” kata Bang Rohim, suamiku. *** Setiba di Surabaya, kami disambut keluarga Lala hangat. ”Wah, iki Jamal tho? Oala, wis gedhe yo ?!” ucap Bulik. Jamal hanya tersenyum. Apalagi saat pipi gendutnya dijawil Bulik seperti saat ia kanak-kanak dulu. ”Mana Lala, Bulik?” tanyaku saat tak mendapati anak semata wayangnya itu. ”Ada di dapur. Sedang bikin wedhang. ” Aku segera ke dapur. Aku sungguh penasaran seperti apa Lala sekarang. Kulihat seorang gadis di sana. Subhanalah, cantiknya! Ia mencium tanganku. Hmm, santun pula. Cukup pantas untuk Jamal. Tapi, aku harus menahan diri. Kata Bang Rohim, butuh pendekatan persuasif untuk menjalankan misi ini. Aku tak yakin aku bisa sehingga menyerahkan sepenuhnya skenario kepadanya. Tak banyak yang dilakukan Bang Rohim selain meminta Lala menjadi guide setiap kami bertiga pergi ke pusat kota. Ia melarangku membicarakan soal perjodohan,
pernikahan, pinangan atau apapun istilahnya kepada Lala. Katanya, kendati kami keluarga dekat, sudah lama kami tidak saling bersua. Bisa saja Lala memandang kami sebagai ”orang asing”. Upaya melancong bersama ini demi untuk mengakrabkan kembali Jamal, Lala dan aku. Kiranya ini dapat memudahkanku saat mengutarakan maksud kedatangan kami sesungguhnya nanti. Malam ini saat dimana aku diperbolehkan suamiku mengungkapkan semuanya kepada Lala. Seharusnya memang begitu. Tapi Jamal mendahuluiku. Tak kusangka ia serius dengan perasaannya. Ia utarakan semuanya. Tentang mimpinya, tentang jatuh cinta, bahkan tentang pinangan. “Mungkin Dik Lala menganggap ini konyol. Abang juga merasa begitu. Tapi, setidaknya sekarang Abang yakin dengan perasaan Abang. Jadi, mau tidak kalau Lala Abang lamar ?” Bukan manusia kalau Lala tidak kaget ditembak seperti itu. Ia tampak galau. Seperti aku dulu. Sayang Lala tak merespon seperti aku merespon pinangan Bang Rohim dulu. “Maaf, Mas. Aku terlanjur menganggapmu sebagai kakak. Rasanya sulit untuk merubahnya. ” Berakhirlah. Sampai di sini saja perjuangan kami di Surabaya. Jamal tersenyum mengerti, namun kuyakini hatinya kecewa. Cintanya yang magis tak berakhir manis. Kami pulang ke Jakarta dengan penolakan. Sejak hari itu, Jamal tak terlihat lagi melankolis. Ia kembali sibuk dalam aktivitasnya. Adikku itu benar-benar hebat. Kendati patah hati, ia tak mau larut dalam perasaannya. Bahkan, belakangan aku tahu ia belum menyerah. Setidaknya penolakan itu berhasil mengakrabkan kembali Jamal dengan Lala. Mereka berdua kerap berkirim SMS sekedar menanyakan kabar ataupun saling bercerita. Jamal betul-betul memandang ini sebagai peluang untuk mengubah pandangan Lala terhadapnya. Waktu kian berganti hingga masa dimana Jamal mengutarakan lagi keinginannya itu. Sayang ditolak lagi. Begitu berulang hingga tiga kali. Ayah dan Ibu prihatin melihatnya. Mereka tak bisa berbuat banyak. Keinginan mereka untuk menjodohkan saja keduanya Jamal tolak. ”Syarat orang yang menjadi calon istriku, haruslah tulus ikhlas menjadi pendampingku. Atas kemauannya sendiri, bukan pihak lain!” Begitu alasannya selalu.Terserahlah apa katanya. Tapi ini sudah menginjak tahun kelima Jamal memelihara cinta tak kesampaian ini. Usianya kian mendekati kepala tiga. Cukup mengherankan ia tetap memeliharanya terus. Rasanya tak layak cinta itu dipelihara terus. Ia harus diberangus. Lala bukanlah gadis terakhir yang hidup di dunia. Untuk itu Ibu, Ayah dan aku kongkalikong untuk membunuh cinta Jamal. Sudah saatnya ia mempertimbangkan gadis-gadis lain. Kebetulan ada yang mau. Pak Haji Abdullah sejak lama ingin bermenantukan Jamal dan menyandingkannya dengan Azisa, anak sulungnya. Kami susun perjodohan tanpa sepengetahuan Jamal. Lantas, kami sekeluarga berusaha ”menghasut” Jamal untuk memperhitungkan keberadaan Azisa, temannya sejak SMU itu. Alhamdulillah berhasil. Hati Jamal mulai terbuka untuk Azisa sehingga saat Pak Haji Abdullah meminta dirinya menjadi menantu, ia tak punya lagi pilihan selain mengiyakan. *** Kesediaan Jamal memang sudah didapat, namun anehnya ia tak kunjung juga menentukan tanggal pernikahan. Kali ini naluriku sebagai kakak turut bermain. Rasanya Jamal tengah menghadapi masalah yang tak dapat dibaginya kepada siapapun,
termasuk Azisa. Saatnya aku menjadi kakak yang baik untuknya. ”Entahlah, Mbak. Rasanya aku tak siap untuk menikah.” Mataku terbelalak saat Jamal mengutarakan penyebabnya. ”Apa pasal?” tanyaku agak jeri. Aku tak berani membayangkan jika Jamal tiba-tiba membatalkan perjodohan. Keluarga kami bisa menanggung malu! ”Rasanya Azisa bukan jodohku. ” Aku semakin terkesiap. Aku mulai menduga-duga arah pembicaraannya. ”Lala-kah?” tanyaku. Jamal mengangguk pelan, namun pasti. ”Sebenarnya mimpi tempo hari itu tak sekonyong datang. Aku memintanya kepada Tuhan. Aku meminta Dia memberikan petunjuk tentang jodohku kelak. Dan yang muncul ternyata Lala !” Aku kembali terdiam. Aku benar- benar payah. Sudah setua ini, masih saja tak dapat menjadi kakak yang baik buat Jamal. Aku bingung harus menanggapi bagaimana. ”Maafkan jika selama ini Mbak tak bisa menjadi kakak yang baik, Mal. Bahkan untuk masalahmu satu ini pun Mbak tak bisa menjawab. Hanya saja, kita tak akan pernah benar-benar tahu apa yang kita yakini benar itu sebagai kebenaran, Mal. Termasuk mimpimu. Mbak tidak tahu lagi harus menganggapnya omong kosong ataukah benar-benar pertanda. Kalaulah mimpi itu pertanda, pasti banyak sekali maknanya. ” ”Kamu memaknainya sebagai cinta dan jodoh, Ibu memaknainya sebagai silaturahmi dan Ayah memaknainya sebagai tipikal istri ideal bagimu. Bukankah Azisa pun tak berbeda jauh dengan Lala? Mimpi itu nisbi, Mal.” Jamal hanya mendesah pelan sambil memandang kejauhan. Mukanya masam. Mungkin tak menghendaki aku bersikap tak mendukungnya. ”Mungkin,” lanjutku, ”ini hanya masalah cinta saja. Mungkin hatimu masih hidup dalam bayangan Lala dan tak pernah sekali pun memberi kesempatan untuk dimasuki Azisa. Kau hidup di kehidupan nyata, Mal. Sampai kapan akan menjadi pemimpi?!” Aku tersentak oleh ucapanku sendiri. Tak kuduga akan mengucapkan ini. Bukan apa-apa. Beberapa waktu lalu kami mendengar kabar Lala menerima pinangan seseorang. Kendati menyerah, aku yakin Jamal masih memiliki cinta untuk Lala. Ia pasti sakit. Aku betul-betul kakak yang tak peka. Aku menyesal. Aku peluk Jamal, menangis sesal. Jamal turut menangis. Isaknya berenergi kekesalan, kekecewaan, kesepian,
keputus-asa-an, bahkan kesepian. Aku terenyuh. Betapa ia menderita selama ini. “Besok kita batalkan saja perjodohan dengan Azisa, Mal. Itu lebih baik
ketimbang kau tak ikhlas menjalaninya nanti. Itu katamu tentang pernikahan, ‘kan? Kita bicarakan dulu dengan Ayah dan Ibu.” Kupikir ini yang terbaik. Tak bijak rasanya tetap berkeras melangsungkan perjodohan di saat Jamal rapuh begini. Di saat Jamal terluka dan bimbang pada perasaannya. Biarlah keluarga kami menanggung malu bersama. “Tidak. Kita teruskan saja. Aku ikhlas menjalani sisa hidupku bersama Azisa. Mungkin aku hanya membutuhkan sedikit menangis saja. Aku pergi dulu ke rumah Pak Haji untuk membicarakan ini. Assalamu ’alaikum.” Kutatap kepergian Jamal dengan perasaan tak tentu. Kalau diingat semua ini terjadi karena mimpi. Ya, Allah apakah benar mimpi itu pertanda-Mu? Jikalau benar kenapa sulit sekali terrealisasi? Jika pun tidak benar kenapa banyak orang mempercayai? Aku terpekur. Maafkan aku adikku. Aku hanyalah insan, yang tak mampu menerjemahkan segala misteri-Nya, bahkan yang tersurat sekalipun. Aku hanya berusaha. Dia tetap yang menentukan. Maafkan aku. * Juara Harapan IV Lomba Menulis Cerpen Ummi 2004. Sumber : Majalah Ummi, No. 12/XVI April 2005/1426 H

Cerita Cinta

Aku memandang kalender yang terletak di meja dengan kesal. Sabtu, 30 Maret 2002, hari ulang tahun perkawinan kami yang ketiga. Dan untuk ketiga kalinya pula Aa ’ lupa. Ulang tahun pertama, Aa ’ lupa karena harus rapat dengan direksi untuk menyelesaikan beberapa masalah keuangan perusahaan. Sebagai Direktur keuangan, Aa ’ memang berkewajiban menyelesaikan masalah tersebut. Baiklah, aku maklum. Persoalan saat itu memang lumayan pelik. Ulang tahun kedua, Aa ’ harus keluar kota untuk melakukan presentasi. Kesibukannya membuatnya lupa. Dan setelah minta maaf, waktu aku menyatakan kekesalanku, dengan kalem ia menyahut, ” Dik, toh aku sudah membuktikan cintaku sepanjang tahun. Hari
itu tidak dirayakan kan tidak apa-apa. Cinta kan tidak butuh upacara…” Sekarang, pagi-pagi ia sudah pamit ke kantor karena harus menyiapkan beberapa dokumen rapat. Ia pamit saat aku berada di kamar mandi. Aku memang sengaja tidak mengingatkannya tentang ulang tahun perkawinan kami. Aku ingin mengujinya, apakah ia ingat atau tidak kali ini. Nyatanya? Aku menarik napas panjang. Heran, apa sih susahnya mengingat hari ulang tahun perkawinan sendiri? Aku mendengus kesal. Aa ’ memang berbeda dengan aku. Ia kalem dan tidak ekspresif, apalagi romantis. Maka, tidak pernah ada bunga pada momen-momen istimewa atau puisi yang dituliskan di selembar kertas merah muda seperti yang sering kubayangkan saat sebelum aku menikah. Sedangkan aku, ekspresif dan romantis. Aku selalu memberinya hadiah dengan kata-kata manis setiap hari ulang tahunnya. Aku juga tidak lupa mengucapkan berpuluh kali kata I love you setiap minggu. Mengirim pesan, bahkan puisi lewat sms saat ia keluar kota. Pokoknya, bagiku cinta harus diekspresikan dengan jelas. Karena kejelasan juga bagian dari cinta. Aku tahu, kalau aku mencintai Aa ’, aku harus menerimanya apa adanya. Tetapi, masak sih orang tidak mau berubah dan belajar? Bukankah aku sudah mengajarinya untuk bersikap lebih romantis? Ah, pokoknya aku kesal titik. Dan
semua menjadi tidak menyenangkan bagiku. Aku uring-uringan. Aa ’ jadi benar- benar menyebalkan di mataku. Aku mulai menghitung-hitung waktu dan perhatian yang diberikannya kepadaku dalam tiga tahun perkawinan kami. Tidak ada akhir minggu yang santai. Jarang sekali kami sempat pergi berdua untuk makan malam di luar. Waktu luang biasanya dihabiskannya untuk tidur sepanjang hari. Jadilah aku manyun sendiri hampir setiap hari minggu dan cuma bisa memandangnya mendengkur dengan manis di tempat tidur. Rasa kesalku semakin menjadi. Apalagi, hubungan kami seminggu ini memang sedang tidak baik. Kami berdua sama-sama letih. Pekerjaan yang bertumpuk di tempat tugas kami masing- masing membuat kami bertemu di rumah dalam keadaan sama-sama letih dan mudah tersinggung satu sama lain. Jadilah, beberapa kali kami bertengkar minggu ini. Sebenarnya, hari ini aku sudah mengosongkan semua jadual kegiatanku. Aku ingin berdua saja dengannya hari ini dan melakukan berbagai hal menyenangkan. Mestinya, Sabtu ini ia libur. Tetapi, begitulah Aa ’. Sulit sekali baginya meninggalkan pekerjaannya, bahkan pada akhir pekan seperti ini. Mungkin, karena kami belum mempunyai anak. Sehingga ia tidak merasa perlu untuk meluangkan waktu pada akhir pekan seperti ini. ”Hen, kamu yakin mau menerima lamaran A’ Ridwan ?” Diah sahabatku menatapku heran. ”Kakakku itu enggak romantis, lho. Tidak seperti suami romantis yang sering kau bayangkan. Dia itu tipe laki-laki serius yang hobinya bekerja keras. Baik sih, soleh, setia… Tapi enggak humoris. Pokoknya, hidup sama dia itu datar. Rutin dan membosankan. Isinya cuma kerja, kerja dan kerja…” Diah menyambung panjang lebar. Aku cuma senyum-senyum saja saat itu. Aa ’ memang menanyakan kesediaanku untuk menerima lamaranku lewat Diah. ”Kamu kok gitu, sih? Enggak senang ya kalau aku jadi kakak iparmu?” tanyaku sambil cemberut. Diah tertawa melihatku. ”Yah, yang seperti ini mah tidak akan dilayani. Paling ditinggal pergi sama A’ Ridwan. ” Diah tertawa geli. ”Kamu belum tahu kakakku, sih!” Tetapi, apapun kata Diah, aku telah bertekad untuk menerima lamaran Aa ’. Aku yakin kami bisa saling menyesuaikan diri. Toh ia laki- laki yang baik. Itu sudah lebih dari cukup buatku. Minggu-minggu pertama setelah perkawinan kami tidak banyak masalah berarti. Seperti layaknya pengantin baru, Aa ’ berusaha romantis. Dan aku senang. Tetapi, semua berakhir saat masa cutinya berakhir. Ia segera berkutat dengan segala kesibukannya, tujuh hari dalam seminggu. Hampir tidak ada waktu yang tersisa untukku. Ceritaku yang antusias sering hanya ditanggapinya dengan ehm, oh, begitu ya … Itupun sambil terkantuk-kantuk memeluk guling. Dan, aku yang telah berjam-jam menunggunya untuk bercerita lantas kehilangan selera untuk melanjutkan cerita.Begitulah… aku berusaha mengerti dan menerimanya. Tetapi pagi ini, kekesalanku kepadanya benar-benar mencapai puncaknya. Aku izin ke rumah ibu. Kukirim sms singkat kepadanya. Kutunggu. Satu jam kemudian baru kuterima jawabannya. Maaf, aku sedang rapat. Hati-hati. Salam untuk Ibu. Tuh, kan. Lihat. Bahkan ia membutuhkan waktu satu jam untuk membalas smsku. Rapat, presentasi, laporan keuangan, itulah saingan yang merebut perhatian suamiku. Aku langsung masuk ke bekas kamarku yang sekarang ditempati Riri adikku. Kuhempaskan tubuhku dengan kesal. Aku baru saja akan memejamkan mataku saat samar-samar kudengar Ibu mengetuk pintu. Aku bangkit dengan malas.”Kenapa Hen? Ada masalah dengan Ridwan ?” Ibu membuka percakapan tanpa basa-basi. Aku mengangguk. Ibu memang tidak pernah bisa dibohongi. Ia selalu berhasil menebak dengan jitu. Walau awalnya tersendat, akhirnya aku bercerita juga kepada Ibu. Mataku berkaca-kaca. Aku menumpahkan kekesalanku kepada Ibu. Ibu tersenyum mendengar ceritaku. Ia mengusap rambutku. ”Hen, mungkin semua ini salah Ibu dan Bapak yang terlalu memanjakan kamu. Sehingga kamu menjadi terganggu dengan sikap suamimu. Cobalah, Hen pikirkan baik-baik. Apa kekurangan Ridwan? Ia suami yang baik. Setia, jujur dan
pekerja keras. Ridwan itu tidak pernah kasar sama kamu, rajin ibadah. Ia juga baik dan hormat kepada Ibu dan Bapak. Tidak semua suami seperti dia, Hen. Banyak orang yang dizholimi suaminya. Na’udzubillah!” Kata Ibu. Aku terdiam. Yah, betul sih apa yang dikatakan Ibu. ”Tapi Bu, dia itu keterlaluan sekali. Masak Ulang tahun perkawinan sendiri tiga kali lupa. Lagi pula, dia itu sama sekali tidak punya waktu buat aku. Aku kan istrinya, bu. Bukan cuma bagian dari perabot rumah tangga yang hanya perlu ditengok sekali-sekali.” Aku masih kesal. Walaupun dalam hati aku membenarkan apa yang diucapkan Ibu. Ya, selain sifat kurang romantisnya, sebenarnya apa kekurangan Aa ’? Hampir tidak ada. Sebenarnya, ia berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakanku dengan caranya sendiri. Ia selalu mendorongku untuk menambah ilmu dan memperluas wawasanku. Ia juga selalu menyemangatiku untuk lebih rajin beribadah dan selalu berbaik sangka kepada orang lain. Soal kesetiaan? Tidak diragukan. Diah satu kantor dengannya. Dan ia selalu bercerita denganku bagaimana Aa ’ bersikap terhadap rekan- rekan wanitanya di kantor. Aa ’ tidak pernah meladeni ajakan Anita yang tidak juga bosan menggoda dan mengajaknya kencan. Padahal kalau mau, dengan penampilannya yang selalu rapi dan cool seperti itu, tidak sulit buatnya menarik perhatian lawan jenis. ”Hen, kalau kamu merasa uring- uringan seperti itu, sebenarnya bukan Ridwan yang bermasalah. Persoalannya hanya satu, kamu kehilangan rasa syukur …” Ibu berkata tenang. Aku memandang Ibu. Perkataan Ibu benar-benar menohokku. Ya, Ibu benar. Aku kehilangan rasa syukur. Bukankah baru dua minggu yang lalu aku membujuk Ranti, salah seorang sahabatku yang stres karena suaminya berselingkuh dengan wanita lain dan sangat kasar kepadanya? Bukankah aku yang mengajaknya ke dokter untuk mengobati memar yang ada di beberapa bagian tubuhnya karena dipukuli suaminya? Pelan-pelan, rasa bersalah timbul dalam hatiku. Kalau memang aku ingin menghabiskan waktu dengannya hari ini, mengapa aku tidak mengatakannya jauh- jauh hari agar ia dapat mengatur jadualnya? Bukankah aku bisa mengingatkannya dengan manis bahwa aku ingin pergi dengannya berdua saja hari ini. Mengapa aku tidak mencoba mengatakan kepadanya, bahwa aku ingin ia bersikap lebih romantis? Bahwa aku merasa tersisih karena kesibukannya? Bahwa aku sebenarnya takut tidak lagi dicintai? Aku segera pamit kepada Ibu. Aku bergegas pulang untuk membereskan rumah dan menyiapkan makan malam yang romantis di rumah. Aku tidak memberitahunya. Aku ingin membuat kejutan untuknya. Makan malam sudah siap. Aku menyiapkan masakan kegemaran Aa ’ lengkap dengan rangkaian mawar merah di meja makan. Jam tujuh malam, Aa ’ belum pulang. Aku menunggu dengan sabar. Jam sembilan malam, aku hanya menerima smsnya. Maaf aku terlambat pulang. Tugasku belum selesai. Makanan di meja sudah dingin. Mataku sudah berat, tetapi aku tetap menunggunya di ruang tamu. Aku terbangun dengan kaget. Ya Allah, aku tertidur. Kulirik jam dinding, jam 11 malam. Aku bangkit. Seikat mawar merah tergeletak di meja. Di sebelahnya, tergeletak kartu ucapan dan kotak perhiasan mungil. Aa ’ tertidur pulas di karpet. Ia belum membuka dasi dan kaos kakinya. Kuambil kartu ucapan itu dan kubuka. Sebait puisi membuatku tersenyum. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana Lewat kata yang tak sempat disampaikan Awan kepada air yang menjadikannya tiada Aku ingin mencintaimu dengan sederhana Dengan kata yang tak sempat diucapkan Kayu kepada api yang menjadikannya abu. * For vieny, welcome to your husband’s heart. *dikutip dari Aku ingin mencintaimu dengan sederhana karya Sapardi Djoko Damono. Sumber : Majalah Ummi, edisi 12/ XIII/2002